Penerapan etika dan kendala – kendalanya

Di era persaingan global superketat dewasa ini menuntut setiap perusahaan untuk senantiasa melakukan upaya-upaya yang pro-aktif agar tetap dapat eksis dan meraih/mempertahankan pasar. Hal ini jelas membuat  semua kegiatan saling berpacu satu sama lain untuk mendapatkan kesempatan (opportunity) dan keuntungan (profit). Kadang kala untuk mendapatkan kesempatan dan keuntungan tadi, memaksa orang untuk menghalalkan segala cara mengindahkan ada pihak yang dirugikan atau tidak.

Kompetisi inilah yang harus memanas belakangan ini. Kata itu mengisyaratkan sebuah konsep bahwa mereka yang berhasil adalah yang mahir menghancurkan musuh-musuhnya. Banyak yang mengatakan kompetisi lambang ketamakan. Padahal, perdagangan dunia yang lebih bebas dimasa mendatang justru mempromosikan kompetisi yang juga lebih bebas.

Lewat ilmu kompetisi kita dapat merenungkan, membayangkan eksportir kita yang ditantang untuk terjun ke arena baru yaitu pasar bebas dimasa mendatang. Kemampuan berkompetisi seharusnya sama sekali tidak ditentukan oleh ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan. Inilah yang sering dikonsepkan berbeda oleh penguasa kita.

Perusahaan yang bermoral dan beretika yang akan mampu menarik simpati konsumen. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan, menghindari sikap 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi) mampu mengatakan yang benar itu benar, dll

Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis, serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita optimis salah satu kendala dalam menghadapi era globalisasi dapat diatasi. Etika bisnis juga merupakan cara unggul untuk dapat memperoleh simpati msyarakat agar perusahaan mampu bertahan

 

PEMBAHASAN

 

  1. ETIKA DAN BISNIS

Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan  individu,  perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan  bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.

Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.

 

  1. SASARAN DAN LINGKUP ETIKA BISNIS

Setelah melihat penting dan relevansinya etika bisnis ada baiknya kita tinjau lebih lanjut apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis itu. Ada tiga sasaran dan lingkup pokoketika bisnis yaitu:

    1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika bisnis yang pertama bertujuan untuk mengimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara baik dan etis. Karena lingkup bisnis yang pertama ini lebih sering ditujunjukkan kepada para manajer dan pelaku bisnis dan lebih sering berbicara mengenai bagaimana perilaku bisnis yang baik dan etis itu.
    2. Etika bisnis bisa menjadi sangat subversife. Subversife karean ia mengunggah, mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk tidak dibodoh – bodohi, dirugikan dan diperlakukan secara tidak adil dan tidak etis oleh praktrek bisnis pihak mana pun. Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga.
    3. Etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini etika bisnis lebih bersifat makro, yang karena itu barangkali lebih tepat disebut sebagai etika ekonomi.

Ketiga lingkup dan sasaran etika bisnis ini berkaitan erat satu dengan yang lainnya dan bersama – sama menentukan baik tidaknya, etis tidaknya praktek bisnis tersebut.

 

  1. TINGKATAN ETIKA BISNIS

Weiss (1995:9) mengutip pendapat Carroll (1989) membahas lima tingkatan etika bisnis, yaitu:

    1. Tingkat individual, menyangkut apakah seseorang akan berbohong mengenai rekening pengeluaran, mengatakan rekan sejawat sedang sakit karena tidak ada di tempat kerja, menerima suap, mengikuti saran teman sekerja sekalipun melampaui perintah atasan. Jika masalah etis hanya terbatas pada tanggung jawab individual, maka seseorang harus memeriksa motif dan standar etikanya sebelum mengambil keputusan
    2. Tingkat organisasional, masalah etis muncul apabila seseorang atau kelompok orang ditekan untuk mengabaikan atau memaafkan kesalahan yang dilakukan oleh sejawat demi kepentingan keharmonisan perusahaan atau jika seorang karyawan disuruh melakukan perbuatan yang tidak sah demi keuntungan unit kerjanya.
    3. Tingkat asosiasi, seorang akuntan, penasihat,dokter, dan konsultan manajer harus melihat anggaran dasar atau kode etik organisasi profresinya sebagai pedoman sebelum ia memberikan saran pada kliennya.
    4. Tingkat masyarakat, hukum, norma, kebiasaan dan tradisi menentukan perbuatan yang dapat diterima secara sah. Ketentuan ini tidak mesti berlaku sama di semua negara. Oleh karena itu, kita perlu berkonsultasi dengan orang atu badan yang dapat dipercaya sebelum melakukan kegiatan bisnis di negara lain.
    5. Tingkat internasional, masalah-msalah etis menjadi lebih rumit untuk dipecahkan karena faktor nilai-nilai dan budaya, politik dan agama ikut berperan. Oleh karena itu, konstitusi, hukum, dan kebiasaan perlu dipahami dengan baik sebelum seesorang mengambil keputusan.

 

  1. PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS

Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus menyelaraskan proses bisnis tersebut dengan etika bisnis yang telah disepakati secara umum dalam lingkungan tersebut. Sebenarnya terdapat beberapa prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan pedoman bagi setiap bentuk usaha.

 

Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut :

    1. Prinsip Otonomi ; yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
    2. Prinsip Kejujuran ; terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
    3. Prinsip Keadilan ; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
    4. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
    5. Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.

 

  1. RELATIVITAS MORAL DALAM BISNIS

Tiga pandangan yang dianut, yaitu :

    1. Norma etis yang berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain
    2. Norma sendiri lah yang paling tepat dan benar
    3. Tidak ada norma moral yang perlu di ikuti sama sekali

 

  1. KENDALA- KENDALA DALAM PELAKSANAAN ETIKA BISNIS

Pelaksanaan prinsip-prinsip etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa masalah dan kendala. Keraf(1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:

    1.  Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah. Banyak di antara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis, seperti memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan keuangan.
    2. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan. Konflik kepentingan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa jadi akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
    3. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil. Hal ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang di satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
    4. Lemahnya penegakan hukum. Banyak orang yang sudah divonis bersalah di pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap memangku jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.
    5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik bisnis dan manajemen. Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di bawahnya belum secara khusus menangani penyusunan dan penegakkan kode etik bisnis dan manajemen. Di Amerika Serikat terdapat sebuah badan independen yang berfungsi sebagai badan register akreditasi perusahaan, yaitu American Society for Quality Control (ASQC)

 

 

  1. ANTARA KEUNTUNGAN ETIKA

Tujuan utama bisnis adalah mengejar keuntungan. Keuntungan adalah hal yang pokok bagi kelangsungan bisnis, walaupun bukan merupakan tujuan satu-satunya, sebagaimana dianut pandangan bisnis yang ideal. Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang buruk. Bahkan secara moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Karena :

    • Keuntungan memungkinkan perusahaan bertahan dalam usaha bisnisnya.

Tanpa memeperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang produktif demi memacu pertumbuhan ekonomi yang menjamin kemakmuran nasional.

 

    • Keuntungan memungkinkan perusahaan tidak hanya bertahan melainkan juga dapat menghidupi karyawan-karyawannya bahkan pada tingkat dan taraf hidup yang lebih baik.

Ada beberapa argumen yang dapat diajukan disini untuk menunjukkan bahwa justru demi memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan , sangat relevan, dan mempunyai tempat yang sangat strategis dalam bisnis`dewasa ini.

Pertama, dalam bisnis modern dewasa ini, para pelaku bisnis dituntut menjadi orang-orang profesional di bidangnya.

Kedua dalam persaingan bisnis yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa konsumen adalah benar-benar raja. Karena itu hal yang paling pokok untuk bisa untung dan bertahan dalam pasar penuh persaingan adalah sejauh mana suatu perusahaan bisa merebut dan mempertahankan kepercayaan konsumen.

Ketiga, dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netral tak berpihak tetapi efektif menjaga agar kepentingan dan hak semua pemerintah dijamin, para pelaku bisnis berusaha sebisa mungkin untuk menghindari campur tangan pemerintah, yang baginya akan sangat merugikan kelangsungan bisnisnya. Slaah satu cara yang paling efektif adalah dengan menjalankan bisnisnya bisnisnya secara secara baik dan etis yaitu dengan menjalankan bisnis sedemikian rupa tanpa secara sengaja merugikan hak dan kepentinga semua pihak yang terkait dengan bisnisnya.

Keempat, perusahaan-perusahaan modern juga semakin menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga yang siap untuk eksploitasi demi mengeruk keuntunga yang sebesar-besarnya. Justru sebaliknya, karyawan semakin dianggap sebagai subjek utama dari bisnis suatu perusahaan yang sangat menentukan berhasil tidaknya, bertahan tidaknya perusahaan tersebut.

Bisnis sangat berkaitan dengan etika bahkan sangat mengandalkan etika. Dengan kata lain, bisnis memang punya etika dan karena itu etika bisnis memang relevan untuk dibicarakan. Argumen mengenai keterkaitan antara tujuan bisnis dan mencari keuntungan dan etika memperlihatkan bahwa dalam iklim bisnis yang terbuka dan bebas, perusahaan yang menjalankan bisnisnya secara baik dan etis, yaitu perusahaan yang memperhatikan hak dan kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya, akan berhasil dan bertahan dalam kegiatan bisnisnya.

 

  1. PRO DAN KONTRA ETIKA DALAM BISNIS

Mitos bisnis dan moral

Bisnis adalah bisnis. Bisnis jangan dicampuradukkan dengan etika. Para pelaku bisnis adalah orang-orang yang bermoral, tetapi moralitas tersebut hanya berlaku dalam dunia pribadi mereka, begitu mereka terjun dalam dunia bisnis mereka akan masuk dalam permainan yang mempunyai kode etik tersendiri. Jika suatu permainan judi mempunyai aturan yang sah yang diterima, maka aturan itu juga diterima secara etis. Jika suatu praktik bisnis berlaku begitu umum di mana-mana, lama-lama praktik itu dianggap semacam norma dan banyak orang yang akan merasa harus menyesuaikan diri dengan norma itu. Dengan demikian, norma bisnis berbeda dari norma moral masyarakat pada umumnya, sehingga pertimbangan moral tidak tepat diberlakukan untuk bisnis dimana “sikap rakus adalah baik”(Ketut Rindjin, 2004:65).

Belakangan pandangan diatas mendapat kritik yang tajam, terutama dari tokoh etika Amerika Serikat, Richard T.de George. Ia mengemukakan alasan alasan tentang keniscayaan etika bisnis sebagai berikut.

    • Pertama, bisnis tidak dapat disamakan dengan permainan judi. Dalam bisnis memang dituntut keberanian mengambil risiko dan spekulasi, namun yang dipertaruhkan bukan hanya uang, melainkan juga dimensi kemanusiaan seperti nama bai kpengusaha, nasib karyawan, termasuk nasib-nasib orang lain pada umumnya.
    • Kedua, bisnis adalah bagian yang sangat penting dari masyarakat dan menyangkut kepentingan semua orang. Oleh karena itu, praktik bisnis mensyaratkan etika, disamping hukum positif sebagai acuan standar dlaam pengambilan keputusan dan kegiatan bisnis.
    • Ketiga, dilihat dari sudut pandang bisnis itu sendiri, praktik bisnis yang berhasil adalah memperhatikan norma-norma moral masyarakat, sehingga ia memperoleh kepercayaan dari masyarakat atas produ atau jasa yang dibuatnya.

 

  1. ALASAN MENINGKATNYA PERHATIAN DUNIA USAHA TERHADAP ETIKA BISNIS
    • Krisis publik tentang kepercayaan
    • Kepedulian terhadap kualitas kehidupan kerja
    • Hukuman terhadap tindakan yang tidak etis
    • Kekuatan kelompok pemerhati khusus
    • Peran media dan publisitas
    • Perubahan format organisasi dan etika perusahaan

Perubahan nilai-nilai masyarakat dan tuntutan terhadap dunia bisnis mengakibatkan adanya kebutuhan yang makin meningkat terhadap standar etika sebagai bagian dari kebijakan bisnis.

 

 

Prinsip Etika Bisnis

Dunia bisnis semakin menjamur di dunia begitu banyak inovasi dan kreasi terjadi di dunia ini, perkembangan jaman sekarang sangat sulit di pahami pelaku bisnis membaca pola dan tingkah laku para stakeholder maupun lingkungan bisnis yang berlangsung perlu adanya kepercayaan antar sesama sehingga tercipta budaya bersaing dengan sehat dan cerdas, Etika bisnis sangat wajib di miliki pelaku bisnis yang di mana menciptakan tradisi saling percaya untuk persaingan di pasar dunia dan tetap bertangguang jawab atas kewajibanya sebagai selaku bisnis.

Bisnis yaitu suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Untuk mendapat laba pelaku bisnis harus berlandaskan pada etika dalam berbisnis untuk menciptakan laba yang maksimal tanpa adanya kerugian moral maupun finansial di lingkungan bisnis.

 

 

PEMBAHASAN

 

Bisnis sebagai profesi

Sebenarnya,bila mengacu pada pengertian profesi dalam arti luas dimana profesi diartikan sebagai “pekerjaan yang menunjang nafkah hidup ”(sonny keraf,1998) ,maka sudah sangat jelas bahwa semua aktivitas bisnis dapat dianggap sebagai profesi.

Bisnis dapat dianggap sebagai profesi karena telah sesuai dengan profesi dan ciri-ciri suatu profesi, yaitu :

  1. Profesi adalah pekerjaan dan didalam bisnis terdapat banyak jenis pekerjaan.
  2. Sebagian besar jenis pekerjaan didalam perusahaan,terutama yang dilakukan oleh jajaran manajemen,menuntut pengetahuan dan keterampilan yang tinggi, baik melalui pendidikan formal maupun melalui pelatihan dan pengalaman.
  3. Profesi menuntut penerapan kaidah moral/etika.
  4. Tuntutan kaidah moral yang tinggi menjadi keharusan dalam bisnis karena pengalaman membuktikan bahwa perilaku para pelaku bisnis menentukan kunerja perusahaan.

Dibawah ini contoh prinsip-prinsip etika dari beberapa sumber :

  1. Prinsip etika bisnis menurut caux round table (Alois . Nugroho,2001).

Prediksi john naisbitt akan adanya standar prilaku etis dunia yang universal makin mendekati kebenaran dengan munculnya prinsip etika internasional pertama dalam bidang bisnis yang dihasilkan dalam pertemuan para eksekutif amerika,eropa,dan jepang pada bulan juli 1994. Pertemuan itu dikenal dengan Caux Round Table.

Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Caux Round Table :

  1. Tanggung jawab bisnis: dari shareholders ke stakeholders
  2. Dampak ekonomis dan sosial dari bisnis: menuju inovasi, keadilan, dan komunitas dunia.
  3. Perilaku bisnis: dari hukum yang tersurat ke semangat saling percaya.
  4. Sikap menghormati aturan.
  5. Dukungan dari perdagangan multilateral.
  6. Sikap hormat bagi lingkungan alam.
  7. Menghindari opersi-operasi yang tidak etis.

 

Penjelasan tentang prinsip diatas :

  1. Prinsip Pertama

Prinsip pertama menyiratkan bahwa perlu ada perubahan paradigma tentang tujuan perusahaan dan fungsi eksekutif perusahaan dilihat dari teori keagenan ( agency theory ). Menurut prinsip ini tujuan perusahaan adalah menghasikan barang dan jasa untuk menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara luas (stakeholders) dan para shareholders.

  1. Prinsip Kedua

Prinsip kedua menyiratkan bahwa kegiatan bisnis tidak hanya semata mencari keuntungan ekonmis, tetapi juga mempunyai dimensi sosial dan perlunya menegakkan keadilan dalam setiap praktik bisnis mereka. Dan juga harus selalu didasarkan atas inovasi dan keadilan serta semua pihak harus menciptakan suatu iklim dan kesadaran agar aktivitas bisnis dapat bebas bergerak secara global melampaui batas-batas suatu negara menuju satu kesatuan masyarakat ekonomi dunia.

  1. Prinsip Ketiga

Prinsip ketiga menekankan pentingnya membangun sikap kebersamaan dan sikap saling percaya.sikap ini hanya dapat dikembangkan bila para pelaku bisnis mempunyai integritas dan kepedulian sosial.

  1. Prinsip Keempat

Prinsip keempat menyiratkan perlunya dikrmbangkan perangkat hukum dan aturan yang berlaku secara multilateral.Dan diharapkan semua pihak dapt menghormati dan menaati peraturan yang berlaku.

  1. Prinsip Kelima

Prinsip kelima yaitu agar semua pihak dapat mendukung perdagangan global dalam mewujudkan satu kesatuan ekonomi dunia.

  1. Prinsip Keenam

Prinsip keenam meminta kesadaran semua pelaku bisnis akan pentingnya bersama-sam menjaga lingkungan bumi dan alam dari berbagai tindakan yang dapat memboroskan sumber daya alam yang mencemarkan dan merusa lingkungan hidup.

  1. Prinsip Ketujuh

Prinsip ketujuh mewajibkan semua pelaku bisnis dapat mencegah tindakan-tindakan yang tidak etis, seperti : penyuapan, pencucian uang, korupsi, dan praktik tidak etis lainnya.

Sukrisno Agoes dan Cenik Ardana, Etika Bisnis Dan Profesi, tantangan membangun manusia seutuhnya (Jakarta: Salemba empat,2009) hlm.126

 

 

  1. Perinsip Etika bisnis menurut Sonny Keraf (1998)

Menurut Sonny Keraf ada lima prinsip etika bisnis yang dapat di jadikan titik tolak pedoman perilaku dalam menjalankan praktek bisnis yaitu:

  1. Prinsip Otonomi

Prinsip Otonomi berdasarkan kepada sikap kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab. Orang yang mandiri berati orang yang mengambil keputusan dan melaksanakan tindakan dengan sendiri berdasarkan kemampuan sendiri sesuai dengan apa yang di yakininya, bebas dari tekanan dari pihak lain. Oleh karena itu syarat mutlak yang harus diciptakan untuk membentuk sikap mendiri adalah mengembangkan suasana kebebasan dalam pikiran dan bertindak. Namun harus di sertai dengan kesadaran akan pentingnya memupuk rasa tanggung jawab. Kebebasan tanpa ada rasa tnggung jawab akan memunculkan manusia pengecut dan munafik sedangkan kebebasan disertai dengan tanggung jawab akan menumbuhkan “sikap kesatria “ yaitu siakp berani bertindak dan mengatakan hal yang benar sekaligus berani dan bertanggung jawab mengakui kesalahan serta berani menanggung konsekuesinya.

 

  1. Prinsip Kejujuran

Menanamkan sikap bahwa apa yang dipikirkan adalah yang dikatakan dan apa yang dikatakan adalah yang di kerjakan. Prinsip ini juga menyiratkan kepatuhan dalam melaksanakan berbagai kotmitmen, kontrak dan perjanjian yang telah di sepakati. Prinsip kejujuran menjadi prasyarat untuk membangun jaringan bisnis dan kerja tim yang di landasi oleh rasa salaing percaya dengan semua mitra usaha dan mitra kerja.

  1. Prinsip Keadilan

Menanamkan sikap untuk memperlakukan semua pihak secara adil (fiar) yaitu sikap yang tidak membeda – bedakan dari berbagai aspek,baik dari aspek ekonomi (menyangkut distribusi Pendapatan), aspek hukum (dalam berprilaku yang sama di mata hukum) maupun aspek lainya yang diperlakukan secara sama seperti : aspek agama,ras,suku dan jenis kelamin. Untuk memperoleh kesempata yang sama dalam hal perekutan kariyawan, promosi jabatan, pemilihan mitra usaha dan sebagainya.

  1. Prinsip saling menguntungkan

menanamkan kesadaran bahwa dalam berbisnis perlu ditanamkan prinsip win – win solution artinya dalam setiap keputusan dan tindakan bisns harus diusahakan agar semua pihak merasa di untungkan.

  1. Prinsip intergitas moral

Prinsip untuk tidak merugikan orang lain dalam segala keputusan bisnis yang diambil. Prinsip ini di landasi oleh kesadaran bahwa setiap orang harus di hormati harkat dan martabatnya. Inti dari prinsip intergritas moral adalah apa yang disebut sebagai the golden rule atau kaidah emas merupakan “orang lain sebagaimana anda ingin diperlakaukan dan jangan dilakukan pada orang lain apa yang anda ingin orang lain perlakukan kepada anda”.

Sukrisno Agoes dan Cenik Ardana, Etika Bisnis Dan Profesi, tantangan membangun manusia seutuhnya (Jakarta: Salemba empat,2009) hlm.127

 

  1. prinsip etika bisnis menurut lawrence, weber (2005)

Prinsip etis merupakan tuntunan bagi perilaku moral. Contoh prinsip etika antara lain :

  • Kejujuran (honesty)
  • Pegang janji (keeping promises)
  • Membantu orang lain (helping others)
  • Menghormati hak-hak orang lain ( the rights of others )

Sementara itu, berbohong, mencuri, membahayakan/merugikan orang lain adalah contoh penyimpangan dari perilaku etis.

  1. Weiss (2006)

Mengemukakan empat prinsip etika yaitu :

  • Martabat/Hak (rights)
  • Kewajiban (Duty)
  • Kewajaran (Fairness)
  • Keadilan (Justice)

 

PENUTUP

 

KESIMPULAN

Bisnis adalah suatu profesi dan para pelaku bisnis dituntut untuk bekerja secara profesional. Dengan cara menerapkan prinsip-prinsip etika yang baik dalam bisnis. Karena peranan bisnis yaitu merealisasikan tujuan manusia dalam konteks hakikat manusia yang utuh.

 

 

DAFTAR REFERENSI

 

Agoes, sukrisno dan Cenik Ardana.2009. Etika Bisnis Dan Profesi, tantangan membangun manusia seutuhnya. (Jakarta: Salemba empat,2009)

www.wikipedia.org